Pages

Jumat, 27 Januari 2017

fisheye-survivor

Mata ikan.

Dua kata yang dulu aku enggak tau maknanya. Nng, tau, sih. Cuma, penafsiranku beda dengan kebenarannya. Aku pikir, mata ikan itu sama dengan fish-eye. Lensa yang sempat ngehits sekitar tahun 2014 kalau aku enggak salah. Lensanya itu bisa menghasilkan foto wide-angle. Jadi, bisa muat lebih banyak orang!

Nah, mata ikan yang dimaksud dalam konteks ini bukan lensa itu. Ternyata, maksudnya adalah tonjolan yang umumnya tumbuh di kaki. Mirip kapalan kalau kalian tahu. Tapi yang membuatnya beda,

tonjolan ini sakitnya bukan kepalang kalo kesenggol.

Aku bisa dibilang salah satu fisheye survivor, HAHAHA. Tau, ah. Bikin julukan sendiri gapapa, kan? 

Ya, soalnya, aku udah operasi mata ikan ini berkali-kali (to be exact, 2 kali). Dan bagian horornya apa?

Mata ikannya tumbuh lagi.

Bahkan nambah satu. Selalu tumbuh 1 mata ikan lagi di telapak kakiku setelah operasi terlaksana. Kalau diibaratkan, seperti mati satu, tumbuh seribu. Lebay? Emang.

•••

Semua berawal dari rasa penasaranku akan mata ikan. Singkat cerita, di kelasku ada yang sampai absen masuk sekolah gara-gara operasi mata ikan. As I've said before, aku sama sekali enggak pernah kepikiran kalau mata ikan itu mirip kapalan. Yang ada di otakku, ya, lensa itu. Yang bener aja, sih. Masa, lensa nongol di kaki?

And then, temen kelasku, -yang enggak perlu kusebut namanya ini- masuk ke kelas dengan sandal crocs. Plus, kakinya dibalut perban. Aku heran. Penasaran setengah idup. Apa, sih, mata ikan itu? Dan, sakit enggak sih?

Jawaban dari dia; ya, menyakitkan. HAHAA. Enggak tahu juga, sih, dia jawab apa waktu itu. Tapi yang jelas, dia menuturkan kalau mata ikan itu sakit. Dan aku sebagai siswi SMP saat itu cuma manggut-manggut sok ngerti. Saking penasarannya, aku sampai ngesearch di google penampakan mata ikan itu gimana.

Yap. Mata ikan itu emang bentuknya kaya matanya ikan.

Kalo di kaki, akan terlihat ada tonjolan. Di tengah tonjolan itu seperti ada titik kecil, dan jika kena sorot lampu senter, tampak warna kekuning-kuningan. Dari informasi yang aku dapat, mata ikan ini adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Hmm.. Kalau aku enggak salah, nama virusnya HPV (Human Papilloma Virus). Penyebab lainnya yaitu karena tekanan pada sepatu, atau bahkan bisa juga karena faktor kebersihan kaki.

Aku adalah fisheye-survivor

Jelek bahasanya, ya? Iya aku tau

Tapi perlu kalian ketahui, aku semacam mendapat berkah saat Subuh dini hari. Singkat cerita ketika di Surabaya, aku diajak oleh nenekku untuk sholat Subuh di masjid. Aku pun mengiyakan. Selepas dari masjid, ada kerabat nenekku yang heran melihat caraku berjalan. 

Tertatih-tatih. Kalian harus tau betapa sulitnya aku untuk menapakkan kaki kananku keseluruhannya. Aku pun terpaksa berjinjit, atau kadang memiringkan telapak kaki. Ya, supaya tidak kena mata ikannya. Hasilnya ya, kakinya pincang.

Kemudian aku pun terang-terangan bercerita soal mata ikanku ini. Nah, kerabat nenekku itupun langsung memberiku sebuah jawaban. Jawaban yang akhirnya mengubah hidupku.

Ralat, maksudnya kakiku.

Sebuah jawaban yang tidak perlu membuatku menjerit tatkala kaki ini dibius. Sebuah jawaban yang pastinya mengakhiri hidup si mata ikan.

"Kamu tau buah mengkudu? Minta aja di rumah-rumah yang deket kali. Nah, itu kamu bakar mengkudunya, terus kamu injek. Pastiin kamu injek pas di bagian yang ada mata ikannya. Rutin. 2 kali sehari insya allah sembuh."

Hei, aku baru tau ada metode penyembuhan seperti itu.

Nenekku ini bisa dibilang gercep. Siangnya aku dikejutkan dengan sekantung plastik hitam isi buah mengkudu. Mengkudunya ditusukkan ke garpu, dibakar, kemudian diletakkan di atas sehelai koran, kemudian kaki ini menginjak dan.....

"AUW!"

Perih. Aku enggak bohong kalo rasanya perih. Sensasi nylekitnya itu campuran antara sakitnya mata ikan, berpadu dengan kulit yang perih karena serasa di bakar. Aku injak mengkudu itu hingga akhirnya tidak berbentuk lagi, alias blenyek. Oh, dan perlu diketahui, bau buah ini menyengat dan enggak enak.

Sudah, tinggal dibuang!

Aku rutin melakukan terapi mengkudu itu hingga akhirnya selama kurang lebih sebulan...

Hei, kaki ini enggak sakit lagi kalo jalan!

Alhamdulillah. Sekali lagi, aku menganggapnya sebagai berkah sholat Subuh. Alhamdulillah aku enggak perlu operasi mata ikan untuk yang ketiga kalinya. Cukup dua kali aja. Dan untuk informasi, kalau operasi mata ikan itu belum tentu hilang total. Bisa saja kalau sang dokternya mengeruk mata ikannya enggak dalam, muncul lagi. Ya, seperti kasusku ini! Sedangkan kalau menggunakan terapi mengkudu, si mata ikan seperti seolah-olah dibakar.

Sekali lagi untuk kalimat absurd ini ; aku fisheye-survivor.

*footnote :
ini dia penampakan buah mengkudu tersebut! nama lainnya buah pace
Share with the world:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Designed by Beautifully Chaotic